Hakikat Manusia dan Berbagai
Pandangan Tentang Manusia
Oleh : Bahrul Fajrih ( A 121
12 016 )
A.
HAKIKAT
MANUSIA
`Hakekat
manusia adalah sebagai berikut :
a.
Makhluk
yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b.
Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
c.
yang
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.
Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
e.
Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati
f.
Suatu
keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
g.
Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.
Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA
Plato. Ia memandang manusia terdiri dari
jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang
berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea.
Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang
akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi.
Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa.
Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sebagai zat yang berasal dari dunia idea, jiwa
selalu ingin kembali ke dunia sejati itu. Manusia yang bagian sejatinya adalah
jiwa yang terperangkap dalam tubuh, selalu merasa tidak bebas selama tubuhnya
mengungkung jiwanya. Untuk membebaskan jiwa dari dunia fana dan kembali ke
dunia idea, manusia harus memenuhi dirinya dengan hal-hal yang menjadi sifat
utama dari jiwa. Sifat utama itu adalah rasionalitas, keutamaan moral dan
kabajikan selama hidup di dunia ini.
Aristoteles. Berbeda dengan Plato, ia memandang
manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan
keduanya bukan perbedaan esensial. Bagi Aristoteles jiwa manusia tidak
terpenjara dalam tubuh. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi
terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan
keseluruhan sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan sosial.
Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan, tetapi bukan kebahagiaan yang
hedonistik, bukan yang semata mementingkan kenikmatan fisik. Kebahagiaan
manusia adalah kebahagiaan yang dicapai dengan tindakan-tindakan rasional
.
Psikoanalisa. Sigmund Freud adalah salah satu tokoh
psikologi yang memandang manusia sebagai makhluk deterministik, dengan kata
lain ia melihat manusia tidak bebas. Kepribadian manusia terdiri dari dua
bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Bagian ketidaksadaran jauh lebih
luas dari bagian kesadaran. Dan bagian ketidaksadaran tersebut memiliki
pengaruh besar pada diri manusia. banyak perilaku manusia yang
dipengaruhi oleh ketidaksadarannya. Menurut Freud pada bagian ketidaksadaran
ini diisi oleh dorongan-dorongan instingtif bersifat primitif yang menggerakkan
manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Selain insting primitif, dalam wilayah
ketidaksadaran tersimpan pula berbagai kenangan peristiwa traumatik dan hal-hal
yang dilupakan oleh seseorang, yang tidak dapat ditampilkan di kesadarannya
karena dianggap tidak dapat diterima oleh masyarakat. Jadi dalam pandangan
Freud, manusia terutama digerakkan oleh instingnya.
Psikologi Behaviorisme. Dua tokoh behaviorisme yang terkenal
adalah J.B. Watson dan B.F. Skinner. Keduanya memandang manusia sebagai hasil
pembiasaan stimulus-respons. Lingkungan berperan penting dalam menentukan
kepribadian seseorang. Mengikuti pandangan kaum empiris seperti John locke,
behaviorisme memandang manusia lahir dalam kondisi seperti tabularasa atau
kertas putih yang masih belum ditulisi. Pengalaman berhadapan dan bersentuhan
dengan lingkungan menyebabkan kertas putih tertulisi. Manusia adalah makhluk
pasif yang menerima bentukan dari lingkungan.
Psikologi Humanistik. Carls Rogers dan Abraham Maslow
memandang manusia sebagai makhluk yang bebas dengan kehendak untuk
mengaktualisasi potensi-potensinya. Sejak lahir manusia memiliki
potensi-potensi yang dapat dikembangkannya sendiri. Manusia tidak ditetapkan
akan jadi apa nantinya. Ia bisa jadi apa saja karena ia memiliki semua potensi
untuk jadi apapun. Yang menentukan akan jadi apa dia adalah dirinya sendiri
dengan bantuan fasilitas dari lingkungan. Manusia pada tingkat tertentu
bertingkah laku bukan lagi karena dorongan-dorongan insting atau
kekurangan-kekurangan yang ada padanya, tetapi karena keinginannya untuk
mengaktualisasi potensi-potensinya. Ia mencintai karena memiliki potensi
mencintai, bekerja karena memiliki potensi bekerja dan sebagainya.